Monday, December 13, 2010

PEMUDA DALAM BENCANA

Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan.
Mahasiswa sebenarnya sangat potensial untuk ikut serta menangani bencana alam di Indonesia. Dengan bekal akademik serta pamor mahasiswa yang terbukti paling peduli terhadap persoalan bangsa, cukuplah sebagai modal bagi institusi ini untuk berpartisipasi aktif menanggulangi bencana- bencana di Indonesia. Apalagi setelah menyadari kondisi geografis Indonesia yang dilalui deretan gunung berapi dan lautan membuat negara ini rentan terhadap bencana alam, maka uluran tangan dari kita akan terus dibutuhkan
Belakangan ini berita mengenai bencana alam mendominasi halaman - halaman media massa. Mulai dari angin kencang, tanah longsor, puting beliung hingga banjir bandang di Wasior Papua Barat. Untuk bencana banjir di Wasior sendiri telah memakan puluhan korban, ratusan lukaluka, dan ribuan penduduk yang harus rela kehilangan tempat tinggalnya.Lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa dalam menanggapi merebaknya bencana alam yang cenderung sulit diprediksi secara pasti ini?
Selama ini kita hanya menganggap alam sebagai alat. Alat pemuas segala nafsu dunia , namun kita tak pernah tahu bahwa alam juga mendengar. Dia juga merasakan apa yang selayaknya kita rasakan, senang, bahagia , sedih bahkan murka. Bencana tsunami dan gunung meletus baru-baru ini hanyalah sedikit contoh betapa kita harus mulai ‘Sadar’ dari segala ‘kemewahan’ yang kita rasakan.
Seperti layaknya pepatah “Tidak ada kata terlambat, selama kita masih mau berusaha”. Demikian halnya dengan kita. Bencana yang datang silih berganti jangan sampai “membunuh” semangat kita untuk berubah. Marilah kita tata kembali kehidupan kita dengan nyaman dan berdampingan dengan alam. Sistem pembangunan yang selama ini kita anut kurang memperhatikan faktor alam yang ada, sudah saatnya sistem kuno ini kita rubah dengan sistem baru yang lebih berbasis lingkungan. Para arsitek dan insinyur bangunan haruslah memperhatikan dampak pembangunan sebuah gedung terhadap lingkungan di sekitarnya. Tak hanya cantik dilihat dan kokoh namun bangunan tersebut haruslah bersinergi dengan alam. Perundang – undangan yang selama ini mengatur tentang tata laksana konstruksi sebuah bangunan juga harus dirubah. Harus ada aturan yang tegas untuk melarang didirikannya bangunan di lahan lahan daerah resapan air, lereng – lereng gunung serta bukit. Selain itu Ketegasan pemerintah dalam menghukum para pelaku pembalakan liar harus digalakkan karena fungsi hutan sangatlah kompleks untuk menjaga keseimbangan alam kita.
Dalam menghadapi situasi seperti ini, kita layaknya seorang pemuda harus menunjukkan sikap kepedulian akan saling membantu saudara-saudara kita yang sedang terkena musibah. Sikap peduli bisa kita tunjukkan dengan membantu secara materiil maupun moriil. Contohnya, membantu anggota PMI dan lembaga lain mengevakuasi korban ke tempat pengungsian, menjadi sukarelawan di tenda pengungsian, menyumbang pangan dan sandang yang dibutuhkan para korban, melakukan aksi penggalangan dana di kampus, di jalan raya, dan tempat umum lainnya. Peran pemuda dalam hal ini sangat mulia dan membantu sekali dalam penanganan bencana, tidak jarang pemuda harus mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan korban yang ada disana karna bencana melanda terjadi di tiga daerah sekaligus.
Selain hal tadi, peranan kita sebagai mahasiswa adalah segera tanpa “dikomando” melakukan aksi penggalangan dana untuk bencana alam dan ikut menjadi relawan untuk membantu para pengungsi. Beberapa teman saya telah melakukan hal ini. Satu hal yang saya pelajari dari mereka adalah rasa ikhlas dan semangat mereka untuk membantu sesama. Seperti perkataan seorang relawan yang diwawancarai di salah satu TV swasta, beliau mengatakan bahwa “Kepuasan batin untuk membantu sesama itu tidak dapat di ukur dengan limpahan harta dan materi tetapi ini adalah sebuah panggilan dari jiwa!” . Dan memang benar adanya perkataan beliau, para relawan yang selama ini membantu para pengungsi mulai dari evakuasi, menyiapkan barak pengungsian, mendirikan barak pengungsian dan posko kesehatan rela mengorbankan waktu, tenaga bahkan nyawa demi melihat saudara – saudara kita selamat.

0 comments:

Post a Comment